Kamis, 14 Juli 2016

ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Komunitas adalah kelompok sosial yang tinggal dalam suatu tempat, saling berinteraksi satu sama lain, saling mengenal serta mempunyai minat dan interest yang sama (WHO). Komunitas adalah kelompok dari masyarakat yang tinggal di suatu lokasi yang sama dengan dibawah pemerintahan yang sama, area atau lokasi yang sama dimana mereka tinggal, kelompok sosial yang mempunyai interest yang sama (Riyadi, 2007).
Dalam rangka mewujudkan kesehatan masyarakat yang optimal maka dibutuhkan perawatan kesehatan masyarakat, dimana perawatan kesehatan masyarakat itu sendiri adalah bidang keperawatan yang merupakan perpaduan antara kesehatan masyarakat dan perawatan yang didukung peran serta masyarakat dan mengutamakan pelayanan promotif dan preventif secara berkesinambungan tanpa mengabaikan pelayanan kuratif dan rehabilitatif secara menyeluruh, melalui proses keperawatan untuk meningkatkan fungsi kehidupan manusia secara optimal sehingga mandiri dalam upaya kesehatan. Peningkatan peran serta masyarakat bertujuan meningkatkan dukungan masyarakat dalam berbagai upaya kesehatan serta mendorong kemandirian dalam memecahkan masalah kesehatan.
Oleh karena itu layanan kesehatan utama merupakan salah satu pendekatan dan alat untuk mencapai kesehatan bagi semua pada tahun 2010

sebagai tujuan pembangunan kesehatan dalam mencapai derajat kesehatan yang optimal. Dalam Indonesia Sehat 2010, lingkungan yang diharapkan adalah yang kondusif bagi terwujudnya keadaan sehat yaitu lingkungan yang bebas dari polusi, tersedianya air bersih, sanitasi lingkungan yang memadai, perumahan dan pemukiman yang sehat, perencanaan kawasan yang berwawasan kesehatan serta terwujudnya kehidupan masyarakat yang saling tolong menolong dengan memelihara nilai-nilai budaya bangsa. Selain lingkungan, perilaku masyarakat Indonesia Sehat 2010 yang diharapkan adalah yang bersifat proaktif untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah resiko terjadinya penyakit, melindungi diri dari ancaman penyakit serta berpartisipasi aktif dalam gerakan kesehatan masyarakat (Yuddi,2008). Selanjutnya kemampuan masyarakat yang diharapkan pada masa depan adalah yang mampu menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu tanpa adanya hambatan, baik yang bersifat ekonomi, maupun non ekonomi (Yuddi,2008). Diharapkan dengan terwujudnya lingkungan dan perilaku sehat serta meningkatnya kemampuan masyarakat tersebut diatas, derajat kesehatan perorangan, keluarga dan masyarakat dapat ditingkatkan secara optimal (Yuddi,2008).
Pelayanan esensial yang diberikan oleh perawat terhadap individu, keluarga , kelompok dan masyarakat yang mempunyai masalah kesehatan meliputi promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif dengan menggunakan proses keperawatan untuk mencapai tingkat kesehatan yang optimal (Riyadi, 2007).

Dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan masyarakat terfokus pada peningkatan kesehatan dalam kelompok masyarakat (Naomi, 2002). Untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dapat dimulai dari individu, kelompok sampai tingkat RT dan RW. Di Wilayah Desa Sukagalih Kecamatan Megamendung Kota Bogor, terdiri dari 4 RW dengan jumlah kepala keluarga yang terkaji sebanyak 1539 KK lebih rinci hasilnya adalah sebagai berikut jumlah penduduk 6931 jiwa (laki-laki 3417 jiwa dan perempuan 3514 jiwa), kondisi lingkungan di Desa Sukagalih merupakan daerah dataran tinggi, kelembaban udara yang tinggi dan perilaku pembuangan sampah yang kurang tertib sehingga memungkinkan terjadinya penyakit yang berbasis pada lingkungan seperti ISPA, diare, TB paru dan lainnya.
Untuk melaksanakan tugas tersebut dibutuhkan seorang perawat yang kompeten dalam memberikan asuhan keperawatan komunitas, untuk mendapatkan hasil yang optimal dibutuhkan pengalaman selain pengetahuan. Salah satu cara memperoleh pengalaman adalah melalui praktik keperawatan komunitas di Desa Sukagalih Kecamatan Megamendung Kabupaten Bogor.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Menerapkan konsep keperawatan komunitas guna meningkatkan kemampuan masyarakat untuk hidup sehat, sehingga tercapai derajat

kesehatan yang optimal bagi masyarakat di Desa Sukagalih Kecamatan Megamendung Kab Bogor.
2. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan asuhan keperawatan komunitas di Desa Sukagalih Kecamatan Megamendung Kabupaten. Bogor selama 3 minggu diharapkan mahasiswa dapat :
a. Mengidentifikasi masalah kesehatan dan keperawatan yang ada di Desa Sukagalih Kecamatan Megamendung Kabupaten Bogor.
b. Merumuskan alternatif untuk memecahkan masalah yang telah teridentifikasi
c. Mendorong dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam peningkatan derajat kesehatan dan pencegahan penyakit di Desa Sukagalih Kecamatan Megamendung Kabupaten Bogor.
d. Menanamkan perilaku sehat melalui kegiatan pendidikan kesehatan pada masyarakat di Desa Sukagalih Kecamatan Megamendung Kabupaten Bogor.
e. Mengevaluasi dan merumuskan rencana tindak lanjut untuk mengatasi masalah kesehatan yang ada di Desa Sukagalih Kecamatan Megamendung Kabupaten Bogor.

C. Manfaat Laporan
Laporan ini diharapkan dapat bermanfaat bagi :
1. Masyarakat di Desa Sukagalih
Memberikan gambaran demografi, jumlah populasi penduduk, kesehatan lingkungan, pendidikan, keselamatan dan permasalahan kesehatan yang ada serta pelayanan sosial yang ada / kegiatan sosial kemasyarakatan.
2. Puskesmas
Memberikan gambaran tentang status kesehatan dan kegiatan-kegiatan kesehatan serta sosial kemasyarakatan yang ada di masyarakat di Desa Sukagalih Kecamatan Megamendung Kabupaten Bogor.
3. Mahasiswa / Penyusun
Menambah pengetahuan dan pengalaman secara langsung dalam memberikan asuhan keperawatan individu, keluarga, kelompok dan komunitas khususnya di Desa Sukagalih Kecamatan Megamendung Kabupaten Bogor.
D. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan yang digunakan dalam penulisan laporan Praktik Belajar Lapangan Keperawatan Komunitas di Desa Sukagalih Kecamatan Megamendung Kabupaten Bogor ini sebagai berikut :
Bab I : Pendahuluan terdiri dari latar belakang, tujuan penulisan, manfaat
penulisan dan sistimatika penulisan laporan.

Bab II Tinjauan teori yang terdiri dari tinjauan tentang pelayanan
kesehatan utama, konsep keperawatan komunitas, peran perawat komunitas, asuhan keperawatan komunitas, teori perubahan komunitas
Bab III Pelaksanaan terdiri dari tahap pengkajian, analisa data, perumusan diagnosa keperawatan komunitas, tahap perencanaan, tahap implementasi, tahap evaluasi
Bab IV Pembahasan berisi tentang kesenjangan antara teori dan praktik dalam pelaksanaan asuhan keperawatan komunitas.
Bab V Penutup yang berisi tentang kesimpulan dan saran

BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pelayanan Kesehatan Utama
Perawatan kesehatan adalah bidang khusus dari keperawatan yang merupakan gabungan dari ilmu keperawatan, ilmu kesehatan masyarakat dan ilmu sosial yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang diberikan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat baik yang sehat atau yang sakit secara komprehensif melalui upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif serta resosialitatif dengan melibatkan peran serta aktif dari masyarakat. Peran serta aktif masyarakat bersama tim kesahatan diharapkan dapat mengenal masalah kesehatan yang dihadapi serta memecahkan masalah tersebut (Stanhope, 2004).
Menurut Helvie Tanggung jawab perawat dalam sistem pelayanan kesehatan utama adalah:
1. Mendorong partisipasi aktif masyarakat dalam pengembangan dan implementasi pelayanan kesehatan dan program pendidikan kesehatan.
2. Kerjasama dengan masyarakat, keluarga dan individu.
3. Mengajarkan konsep kesehatan dasar dan tehnik self care pada masyarakat.
4. Memberikan bimbingan dan dukungan pada petugas pelayanan kesehatan dan kepada masyarakat.
5. Koordinasi kegiatan kebijaksanaan tentang kesehatan masyarakat.

Manusia sebagai sasaran pelayanan atau asuhan keperawatan dalam praktek keperawatan. Sebagai sasaran praktek keperawatan klien dapat dibedakan menjadi individu, keluarga dan masyarakat (Riyadi, 2007).
1. Individu sebagai klien
Individu adalah anggota keluarga yang unik sebagai kesatuan utuh dari aspek biologi, psikologi, social dan spiritual. Peran perawat pada individu sebagai klien, pada dasarnya memenuhi kebutuhan dasarnya mencakup kebutuhan biologi, sosial, psikologi dan spiritual karena adanya kelemahan fisik dan mental, keterbatasan pengetahuan, kurang kemauan menuju kemandirian pasien/ klien (Riyadi, 2007).
2. Keluarga sebagai klien
Keluarga merupakan sekelompok individu yang berhubungan erat secara terus menerus dan terjadi interaksi satu sama lain baik secara perorangan maupun secara bersama-sama, di dalam lingkungannya sendiri atau masyarakat secara keseluruhan. Keluarga dalam fungsinya mempengaruhi dan lingkup kebutuhan dasar manusia dapat dilihat pada Hirarki Kebutuhan Dasar Maslow yaitu kebutuhan fisiologis, rasa aman dan nyaman, dicintai dan mencintai, harga diri dan aktualisasi diri (Riyadi, 2007).
3. Masyarakat sebagai klien
Kesatuan hidup manusia yang brinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat tetentu yang bersifat terus menerus dan terikat oleh suatu indentitas bersama (Riyadi, 2007).

Sasaran pelayanan kesehatan masyarakat adalah individu, keluarga/ kelompok dan masyarakat dengan fokus upaya kesehatan primer, sekunder dan tersier. Oleh karenanya pendidikan masyarakat tentang kesehatan dan perkembangan sosial akan membantu masyarakat dalam mendorong semangat untuk merawat diri sendiri, hidup mandiri dan menentukan nasibnya sendiri dalam menciptakan derajat kesehatan yang optimal (Naomi, 2002).
Peran serta masyarakat diperlukan dalam hal perorangan. Komunitas sebagai subyek dan obyek diharapkan masyarakat mampu mengenal, mengambil keputusan dalam menjaga kesehatannya. Sebagian akhir tujuan pelayanan kesehatan utama diharapkan masyarakat mampu secara mandiri menjaga dan meningkatkan status kesehatan masyarakat (Mubarak, 2005).
B. Konsep Keperawatan Komunitas
Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan professional sebagai bagian integral pelayanan kesehatan berbentuk pelayanan biologi, psikologi, social dan spiritual secara komprehensif, ditujukan kepada individu keluarga dan masyarakat baik sehat maupun sakit mencakup siklus hidup manusia (Riyadi, 2007).
Asuhan keperawatan diberikan karena adanya kelemahan fisik maupun mental, keterbatasan pengetahuan serta kurang kemauan menuju kepada kemampuan melaksanakan kegiatan sehari-hari secara mandiri. Kegiatan ini dilakukan dalam upaya peningkatan kesehatan, pencegahan

penyakit, penyembuhan, pemulihan serta pemeliharaan kesehatan dengan penekanan pada upaya pelayanan kesehatan utama (Primary Health care) untuk memungkinkan setiap orang mencapai kemampuan hidup sehat dan produktif. Kegiatan ini dilakukan sesuai dengan wewenang, tanggung jawab serta etika profesi keperawatan (Riyadi, 2007).
Komunitas adalah kelompok sosial yang tinggal dalam suatu tempat, saling berinteraksi satu sama lain, saling mengenal serta mempunyai minat dan interest yang sama (WHO). Komunitas adalah kelompok dari masyarakat yang tinggal di suatu lokasi yang sama dengan dibawah pemerintahan yang sama, area atau lokasi yang sama dimana mereka tinggal, kelompok sosial yang mempunyai interest yang sama (Riyadi, 2007).
Menurut Kontjaraningrat Komunitas adalah sekumpulan manusia yang saling bergaul, atau dengan istilah lain saling berinteraksi. Dalam rapat kerja keperawatan kesehatan masuyarakat (1990) dijelaskan bahwa keperawatan komunitas merupakan suatu bidang keperawatan yang merupakan perpaduan antara keperawatan (Nursing) dan kesehatan masyarakat (Public health) dengan dukungan peran serta masyarakat secara aktif dan mengutamakan pelayanan promotif dan preventif secara berkesinambungan tanpa mengabaikan pelayanan kuratif dan rehabilitatif secara menyeluruh dan terpadu yang ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat sebagai kesatuan utuh melalui proses keperawatan (Nursing process) untuk meningkatkan fungsi kehidupan manusia secara optimal sehingga mampu mandiri dalam upaya kesehatan (Mubarak, 2005).

Perawatan komunitas adalah perawatan yang diberian dari luar suatu institusi yang berfokus pada masyarakat atau individu dan keluarga (Naomi, 2002). Pada perawatan kesehatan masyarakat harus mempertimbangkan beberapa prinsip, yaitu:
1. Kemanfaatan
Semua tindakan dalam asuhan keperawatan harus memberikan manfaat yang besar bagi komunitas (Riyadi, 2007). Intervensi atau pelaksanaan yang dilakukan harus memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi komunitas, artinya ada keseimbangan antara manfaat dan kerugian (Mubarak, 2005).
2. Kerjasama
Kerjasama dengan klien dalam waktu yang panjang dan bersifat berkelanjutan serta melakukan kerja sama lintas program dan lintas sektoral (Riyadi, 2007).
3. Secara langsung
Asuhan keperawatan diberikan secara langsung mengkaji dan intervensi, klien dan lingkunganya termasuk lingkungan sosial, ekonomi serta fisik mempunyai tujuan utama peningkatan kesehatan (Riyadi, 2007).
4. Keadilan
Tindakan yang dilakukan disesuaikan dengan kemampuan atau kapasitas dari komunitas itu sendiri (Riyadi, 2007). Dalam pengertian

melakukan upaya atau tindakan sesuai dengan kemampuan atau kapasitas komunitas (Mubarak, 2005).
5. Otonomi
Klien atau komunitas diberi kebebasan dalam memilih atau melaksanakan beberapa alternatif terbaik dalam menyelesaikan masalah kesehatan yang ada (Mubarak, 2005).
Strategi pelaksanaan keperawatan komunitas yang dapat digunakan dalam perawatan kesehatan masyarakat adalah :
1. Pendidikan kesehatan (Health Promotion)
Penyuluhan kesehatan adalah kegiatan pendidikan yang dilakukan dengan cara menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan, sehingga masyarakat tidak saja sadar, tahu dan mengerti, tetapi juga mau dan bisa melakukan suatu anjuran yang ada hubungannya dengan kesehatan (Naomi, 2002).
Penyuluhan kesehatan adalah gabungan berbagai kegiatan dan kesempatan yang berlandaskan prinsip-prinsip belajar untuk mencapai suatu keadaan, dimana individu, keluarga, kelompok atau masyarakat secara keseluruhan ingin hidup sehat (Yuddi, 2008). Menurut Notoatmodjo pendidikan kesehatan adalah suatu penerapan konsep pendidikan di dalam bidang kesehatan (Mubarak, 2005).
2. Proses kelompok (Group Process)
Bidang tugas perawat komunitas tidak bisa terlepas dari kelompok masyarakat sebagai klien termasuk sub-sub sistem yang

terdapat di dalamnya, yaitu: individu, keluarga, dan kelompok khusus. Menurut Nies dan McEwan (2001), perawat spesialis komunitas dalam melakukan upaya peningkatan, perlindungan dan pemulihan status kesehatan masyarakat dapat menggunakan alternatif model pengorganisasian masyarakat, yaitu: perencanaan sosial, aksi sosial atau pengembangan masyarakat. Berkaitan dengan pengembangan kesehatan masyarakat yang relevan, maka penulis mencoba menggunakan pendekatan pengorganisasian masyarakat dengan model pengembangan masyarakat (community development) (Palestin, 2007).
3. Ker asama atau kemitraan (Partnership)
Kemitraan adalah hubungan atau ker a sama antara dua pihak atau lebih, berdasarkan kesetaraan, keterbukaan dan saling menguntungkan atau memberikan manfaat (Depkes RI, 2005). Partisipasi klien/masyarakat dikonseptualisasikan sebagai peningkatan inisiatif diri terhadap segala kegiatan yang memiliki kontribusi pada peningkatan kesehatan dan kese ahteraan (Palestin, 2007).
Kemitraan antara perawat komunitas dan pihak-pihak terkait dengan masyarakat digambarkan dalam bentuk garis hubung antara komponen-komponen yang ada. Hal ini memberikan pengertian perlunya upaya kolaborasi dalam mengkombinasikan keahlian masing-masing yang dibutuhkan untuk mengembangkan strategi peningkatan kesehatan masyarakat (Palestin, 2007).

4. Pemberdayaan (Empowerment)
Konsep pemberdayaan dapat dimaknai secara sederhana sebagai proses pemberian kekuatan atau dorongan sehingga membentuk interaksi transformatif kepada masyarakat, antara lain: adanya dukungan, pemberdayaan, kekuatan ide baru, dan kekuatan mandiri untuk membentuk pengetahuan baru (Palestin, 2007).
Perawat komunitas perlu memberikan dorongan atau pemberdayaan kepada masyarakat agar muncul partisipasi aktif masyarakat. Membangun kesehatan masyarakat tidak terlepas dari upaya¬upaya untuk meningkatkan kapasitas, kepemimpinan dan partisipasi masyarakat (Palestin, 2007).
Sasaran dari perawatan kesehatan komunitas adalah individu, keluarga, kelompok khusus, komunitas baik yang sehat maupun sakit yang mempunyai masalah kesehatan atau perawatan (Nasrul Effendy, 1998), sasaran ini terdiri dari :
1. Individu
Individu adalah anggota keluarga yang unik sebagai kesatuan utuh dari aspek biologi, psikologi, social dan spiritual. Peran perawat pada individu sebagai klien, pada dasarnya memenuhi kebutuhan dasarnya mencakup kebutuhan biologi, social, psikologi dan spiritual karena adanya kelemahan fisik dan mental, keterbatasan pengetahuan, kurang kemauan menuju kemandirian pasien/klien (Riyadi, 2007).

2. Keluarga
Keluarga merupakan sekelompok individu yang berhubungan erat secara terus menerus dan terjadi interaksi satu sama lain baik secara perorangan maupun secara bersama-sama, di dalam lingkungannya sendiri atau masyarakat secara keseluruhan. Keluarga dalam fungsinya mempengaruhi dan lingkup kebutuhan dasar manusia dapat dilihat pada Hirarki Kebutuhan Dasar Maslow yaitu kebutuhan fisiologis, rasa aman dan nyaman, dicintai dan mencintai, harga diri dan aktualisasi diri (Riyadi,2007).
3. Kelompok khusus
Kelompok khusus adalah kumpulan individu yang mempunyai kesamaan jenis kelamin, umur, permasalahan, kegiatan yang terorganisasi yang sangat rawan terhadap masalah kesehatan (Mubarak, 2005).
4. Tingkat Komunitas
Pelayanan asuhan keperawatan berorientasi pada individu, keluarga dilihat sebagai satu kesatuan dalam komunitas. Asuhan ini diberikan untuk kelompok beresiko atau masyarakat wilayah binaan. Pada tingkat komunitas, asuhan keperawatan komunitas diberikan dengan mamandang komunitas sebagai klien (Stanhope, 2004).

C. Peran Perawat Komunitas (Provider OfNursing Care)
Banyak peranan yang dapat dilakukan oleh perawat kesehatan masyarakat diantaranya adalah :
1. Sebagai penyedia pelayanan (Care provider)
Memberikan asuhan keperawatan melalui mengkaji masalah keperawatan yang ada, merencanakan tindakan keperawatan, melaksanakan tindakan keperawatan dan mengevaluasi pelayanan yang telah diberikan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat (Helvie, 1997).
2. Sebagai Pendidik dan konsultan (Nurse Educator and Counselor)
Memberikan pendidikan kesehatan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat baik di rumah, puskesmas, dan di masyarakat secara terorganisir dalam rangka menanamkan perilaku sehat, sehingga terjadi perubahan perilaku seperti yang diharapkan dalam mencapai derajat kesehatan yang optimal (Helvie, 1997).
Konseling adalah proses membantu klien untuk menyadari dan mengatasi tatanan psikologis atau masalah sosial untuk membangun hubungan interpersonal yang baik dan untuk meningkatkan perkembangan seseorang. Di dalamnya diberikan dukungan emosional dan intelektual (Mubarak, 2005).
Proses pengajaran mempunyai 4 komponen yaitu : pengkajian, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Hal ini sejalan dengan proses keperawatan dalam fase pengkajian seorang perawat mengkaji kebutuhan

pembelajaran bagi pasien dan kesiapan untuk belajar. Selama perencanaan perawat membuat tujuan khusus dan strategi pengajaran. Selama pelaksanaan perawat menerapkan strategi pengajaran dan selama evaluasi perawat menilai hasil yang telah didapat (Mubarak, 2005).
3. Sebagai Panutan (Role Model)
Perawat kesehatan masyarakat harus dapat memberikan contoh yang baik dalam bidang kesehatan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat tentang bagaimana tata cara hidup sehat yang dapat ditiru dan dicontoh oleh masyarakat (Helvie, 1997).
4. Sebagai pembela (Client Advocate)
Pembelaan dapat diberikan kepada individu, kelompok atau tingkat komunitas. Pada tingkat keluarga, perawat dapat menjalankan fungsinya melalui pelayanan sosial yang ada dalam masyarakat (Helvie, 1997). Seorang pembela klien adalah pembela dari hak-hak klien. Pembelaan termasuk di dalamnya peningkatan apa yang terbaik untuk klien, memastikan kebutuhan klien terpenuhi dan melindungi hak-hak klien (Mubarak, 2005).
Tugas perawat sebagai pembela klien adalah bertanggung jawab membantu klien dan keluarga dalam menginterpretasikan informasi dari berbagai pemberi pelayanan dan dalam memberikan informasi hal lain yang diperlukan untuk mengambil persetujuan (Informed Concent) atas tindakan keperawatan yang diberikan kepadanya (Mubarak, 2005). Tugas yang lain adalah mempertahankan dan melindungi hak-hak klien, harus

dilakukan karena klien yang sakit dan dirawat di rumah sakit akan berinteraksi dengan banyak petugas kesehatan (Mubarak, 2005).
5. Sebagai Manajer kasus (Case Manager)
Perawat kesehatan masyarakat diharapkan dapat mengelola berbagai kegiatan pelayanan kesehatan puskesmas dan masyarakat sesuai dengan beban tugas dan tanggung jawab yang dibebankan kepadanya (Helvie, 1997).
6. Sebagai kolaborator
Peran perawat sebagai kolaborator dapat dilaksanakan dengan cara bekerjasama dengan tim kesehatan lain, baik dengan dokter, ahli gizi, ahli radiologi, dan lain-lain dalam kaitanya membantu mempercepat proses penyembuhan klien (Mubarak, 2005). Tindakan kolaborasi atau kerjasama merupakan proses pengambilan keputusan dengan orang lain pada tahap proses keperawatan. Tindakan ini berperan sangat penting untuk merencanakan tindakan yang akan dilaksanakan (Helvie, 1997).
7. Sebagai perencana tindakan lanjut (Discharge Planner)
Perencanaan pulang dapat diberikan kepada klien yang telah menjalani perawatan di suatu instansi kesehatan atau rumah sakit. Perencanaan ini dapat diberikan kepada klien yang sudah mengalami perbaikan kondisi kesehatan (Helvie, 1997).
8. Sebagai pengidentifikasi masalah kesehatan (Case Finder)
Melaksanakan monitoring terhadap perubahan-perubahan yang terjadi pada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat yang

menyangkut masalah-masalah kesehatan dan keperawatan yang timbul serta berdampak terhadap status kesehatan melalui kunjungan rumah, pertemuan-pertemuan, observasi dan pengumpulan data (Helvie, 1997).
9. Koordinator Pelayanan Kesehatan (Coordinator of Services)
Peran perawat sebagai koordinator antara lain mengarahkan, merencanakan dan mengorganisasikan pelayanan kesehatan yang diberikan kepada klien (Mubarak, 2005). Pelayanan dari semua anggota tim kesehatan, karena klien menerima pelayanan dari banyak profesional (Mubarak, 2005).
10. Pembawa perubahan atau pembaharu dan pemimpin (Change Agent and Leader)
Pembawa perubahan adalah seseorang atau kelompok yang berinisiatif merubah atau yang membantu orang lain membuat perubahan pada dirinya atau pada sistem. Marriner torney mendeskripsikan pembawa peubahan adalah yang mengidentifikasikan masalah, mengkaji motivasi dan kemampuan klien untuk berubah, menunjukkan alternative, menggali kemungkinan hasil dari alternatif, mengkaji sumber daya, menunjukkan peran membantu, membina dan mempertahankan hubungan membantu, membantu selama fase dari proses perubahan dan membimibing klien melalui fase-fase ini (Mubarak, 2005).
Peningkatan dan perubahan adalah komponen essensial dari perawatan. Dengan menggunakan proses keperawatan, perawat membantu klien untuk merencanakan, melaksanakan dan menjaga

perubahan seperti : pengetahuan, ketrampilan, perasaan dan perilaku yang dapat meningkatkan kesehatan (Mubarak, 2005)
11. Pengidentifikasi dan pemberi pelayanan komunitas (Community Care Provider And Researcher)
Peran ini termasuk dalam proses pelayanan asuhan keperawatan kepada masyarakat yang meliputi pengkajian, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi masalah kesehatan dan pemecahan masalah yang diberikan. Tindakan pencarian atau pengidentifikasian masalah kesehatan yang lain juga merupakan bagian dari peran perawat komunitas (Helvie, 1997).
D. Asuhan Keperawatan Komunitas
1. Pengkajian
Pengkajian adalah merupakan upaya pengumpulan data secara lengkap dan sistematis terhadap masyarakat untuk dikaji dan dianalisis sehingga masalah kesehatan yang dihadapi oleh masyarakat baik individu, keluarga atau kelompok yang menyangkut permasalahan pada fisiologis, psikologis, sosial elkonomi, maupun spiritual dapat ditentukan (Mubarak, 2005). Dalam tahap pengkajian ini terdapat 5 kegiatan, yaitu : pengumpulan data, pengolahan data, analisis data, perumusan atau penentuan masalah kesehatan masyarakat dan prioritas masalah (Mubarak, 2005).

a. Pengumpulan data
Pengumpulan data dimaksudkan untuk memperoleh informasi mengenai masalah kesehatan pada masyarakat sehingga dapat ditentukan tindakan yang harus diambil untuk mengatasi masalah tersebut yang menyangkut aspek fisik, psikologis, sosial ekonomi dan spiritual serta faktor lingkungan yang mempengaruhi (Mubarak, 2005). Pengumpulan data dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
1) Wawancara atau anamnesa
Wawancara adalah kegiatan komunikasi timbal balik yang berbentuk tanya jawab antara perawat dengan pasien atau keluarga pasien, masyarakat tentang hal yang berkaitan dengan masalah kesehatan pasien. Wawancara harus dilakukan dengan ramah, terbuka, menggunakan bahasa yang sederhana dan mudah dipahami oleh pasien atau keluarga pasien, dan selanjutnya hasil wawancara atau anamnesa dicatat dalam format proses keperawatan (Mubarak, 2005).
2) Pengamatan
Pengamatan dalam keperawatan komunitas dilakukan meliputi aspek fisik, psikologis, perilaku dan sikap dalam rangka menegakkan diagnosa keperawatan. Pengamatan dilakukan dengan menggunakan panca indera dan hasilnya dicatat dalam format proses keperawatan (Mubarak, 2005).

3) Pemeriksaan fisik
Dalam keperawatan komunitas dimana salah satunya asuhan keperawatan yang diberikan adalah asuhan keperawatan keluarga, maka pemeriksaan fisik yang dilakukan dalam upaya membantu menegakkan diagnosa keperawatan dengan cara Inspeksi, Perkusi, Auskultasi dan Palpasi (Mubarak, 2005).
b. Pengolahan data
Setelah data diperoleh, kegiatan selanjutnya adalah pengolahan data denga cara sebagai berikut :
1) Klasifikasi data atau kategori data
2) Penghitungan prosentase cakupan dengan menggunakan telly
3) Tabulasi data
4) Interpretasi data
c. Analisis data
Analisis data adalah kemampuan untuk mengkaitkan data dan menghubungkan data dengan kemampuan kognitif yang dimiliki sehingga dapat diketahui tentang kesenjangan atau masalah yang dihadapi oleh masyarakat apakah itu masalah kesehatan atau masalah keperawatan (Mubarak, 2005).
d. Penentuanmasalah atau perumusan masalah kesehatan
Berdasarkan analisa data dapat diketahui masalah kesehatan dan keperawatan yang dihadapi oleh masyarakat, sekaligus dapat dirumuskan yang selanjutnya dilakukan intervensi. Namun demikian

masalah yang telah dirumuskan tidak mungkin diatasi sekaligus. Oleh karena itu diperlukan prioritas masalah (Mubarak, 2005).
e. Prioritas masalah
Dalam menentukan prioritas masalah kesehatan masyarakat dan keperawatan perlu mempertimbangkan berbagai faktor sebagai kriteria diantaranya adalah (Mubarak, 2005):
1) Perhatian masyarakat
2) Prevalensi kejadian
3) Berat ringannya masalah
4) Kemungkinan masalah untuk diatasi
5) Tersedianya sumberdaya masyarakat
6) Aspek politis
Dalam menyusun atau mengurut masalah atau diagnosis komunitas sesuai dengan prioritas (penapisan) yang digunakan dalam keperawatan komunitas adalah format penapisan menurut Stanhope , Lancaster, 1988 :
No Kriteria Bobot kriteria 1-10 Masalah Bobot
1 - 10 Rasional Makna masalah
1 Kesadaran masyarakat
terhadap masalah 
2 Motivasi komuniti untuk
mengatasi masalah 
3 Kemampuan perawat untuk 


mengatasi masalah 
4 Fasilitas yang tersedia untuk mengatasi 
5 Bertanya akibat jika masih tetap 
6 Cepat masalah teratasi 

2. Diagnosis keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah respon individu pada masalah kesehatan baik yang aktual maupun potensial. Masalah aktual adalah masalah yang diperoleh pada saat pengkajian, sedangkan masalah potensial adalah masalah yang mungkin timbul kemudian (ANA). Jadi diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang jelas, padat dan pasti tentang status dan masalah kesehatan yang dapat diatasi dengan tindakan keperawatan. Dengan demikian diagnosis keperawatan ditetapkan berdasarkan masalah yang ditemukan. Diagnosa keperawatan akan memberi gambaran masalah dan status kesehatan masyarakat baik yang nyata (aktual), dan yang mungkinterjadi (potensial) (Mubarak, 2005). Diagnosa keperawatan mengandung komponen utama yaitu problem (masalah), etiologi (penyebab), sign atau symtom (tanda gejala) (Mubarak, 2005).
3. Perencanaan keperawatan.
Perencanaan keperawatan adalah penyusunan rencana tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan untuk mengatasi masalah sesui

dengan diagnosis keperawatan yang telah ditentukan dengan tujuan terpenuhinya kebutuhan pasien (Pusdiklat DJJ Keperawatan). Jadi perencanaan asuhan keperawatan kesehatan masyarakat disusun berdasarkan diagnosa keperawatan yang telah ditetapkan dan rencana keperawatan yang disusun harus mencakup perumusan tujuan, rencana tindakan keperawatan yang akan dilakukan dan kriteria hasil untuk menilai pencapaian tujuan (Mubarak, 2005).
4. Pelaksanaan
Pelaksanaan merupakan tahap realisasi dari rencana asuhan keperawatan yang telah disusun. Dalam pelaksanaan tindakan keperawatan, perawat kesehatan masyarakat harus bekerjasama dengan anggota tim kesehatan lainya. Dalam hal ini melibatkan pihak Puskesmas, Bidan desa dan anggota masyarakat (Mubarak, 2005). Prinsip yang umum digunakan dalam pelaksanaan atau implementasi pada keperawatan komunitas adalah :
a. Inovative
Perawat kesehatan masyarakat harus mempunyai wawasan luas dan mampu menyesuaikan diri dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan tehnologi (IPTEK) dan berdasar pada iman dan taqwa (IMTAQ) (Mubarak, 2005).

b. Integrated
Perawat kesehatan masyarakat harus mampu bekerjasama dengan sesama profesi, tim kesehatan lain, individu, keluarga, kelompok dan masyarakat berdasarkan azas kemitraan (Mubarak, 2005).
c. Rasional
Perawat kesehatan masyarakat dalam melakukan asuhan keperawatan harus menggunakan pengetahuan secara rasional demi tercapainya rencana program yang telah disusun (Mubarak, 2005).
d. Mampu dan mandiri
Perawat kesehatan masyarakat diharapkan mempunyai kemampuan dan kemandirian dalam melaksanakan asuhan keperawatan serta kompeten (Mubarak, 2005).
e. Ugem
Perawat kesehatan masyarakat harus yakin dan percaya atas kemampuannya dan bertindak dengan sikap optimis bahwa asuhan keperawatan yang diberikan akan tercapai. Dalam melaksanakan implementasi yang menjadi fokus adalah : program kesehatan komunitas dengan strategi : komuniti organisasi dan partnership in community (model for nursing partnership) (Mubarak, 2005).
5. Evaluasi atau Penilaian
Evaluasi memuat keberhasilan proses dan keberhasilan tindakan keperawatan. Keberhasilan proses dapat dilihat dengan membandingkan antara proses dengan pedoman atau rencana proses tersebut. Sedangkan

keberhasilan tindakan dapat dilihat dengan membandingkan antara tingkat kemandirian masyarakat dalam perilaku kehidupan sehari-hari dan tingkat kemajuan kesehatan masyarakat komunitas dengan tujuan yang telah ditetapkan atau dirumuskan sebelumnya (Mubarak, 2005). Kegiatan yang dilakukan dalam penilaian menurut Nasrul Effendi, 1998 :
a. Membandingkan hasil tindakan yang dilaksanakan dengan tujuan yang telah ditetapkan.
b. Menilai efektifitas proses keperawatan mulai dari tahap pengkajian sampai dengan pelaksanaan.
c. Hasil penilaian keperawatan digunakan sebagai bahan perencanaan selanjutnya apabila masalah belum teratasi.
Perlu dipahami bersama oleh perawat kesehatan masyarakat bahwa evaluasi dilakukan dengan melihat respon komunitas terhadap program kesehatan. Macam evaluasi : formatif dan sumatif, input procces dan out put (Mubarak, 2005).

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS
DI DESA SUKAGALIH KEC. MEGAMENDUNG BOGOR
Kegiatan praktek keperawatan komunitas yang dilakukan di Desa Sukagalih, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor – Jawa Barat bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat setempat, yang dalam pelaksanaannya menerangkan berbagai konsep keperawatan komunitas yang ada.
Kegiatan praktek keperawatan komunitas yang dilaksanakan oleh mahasiswa di desa Sukagalih Kec. Megamendung Kab. Bogor (periode 26 Mei – 12 Juni 2009) dalam pelaksanaannya mahasiswa bekerja sama dengan Kepala Desa, ketua RW, ketua RT, kader dan pihak yang terkait lainnya.
Ketua RW, ketua RT dan kader sebagai motor penggerak yang akan melaksanakan kegiatan praktek keperawatan komunitas bersama-sama dengan mahasiswa. Sedangkan fokus intervensi yang dilaksanakan oleh warga dan mahasiswa di desa Sukagalih adalah pada gangguan kesehatan akibat lingkungan yang kurang sehat.
Kegiatan yang dilakukan oleh mahasiswa yang berada di desa Sukagalih, meliputi tahap persiapan dan pelaksanaan. Pada tahap persiapan akan dijelaskan tentang persiapan masyarakat dan persiapan teknis. Sedangkan pada tahap pelaksanaan diuraikan secara sistematis dimulai dari pengkajian, perencanaan, implementasi, evaluasi dan rencana tindak lanjut.

A. Persiapan
1. Persiapan masyarakat
Persiapan masyarakat dilakukan untuk mengetahui secara langsung karakteristik wilayah daerah binaan. Kegiatan dalam perencanaan ini antara lain dengan mencari informasi ke berbagai informasi. Sumber informasi yang digunakan adalah Kepala Desa Sukagalih, Puskesmas Sukamanah, Ketua RW, Ketua RT, kader dan tokoh masyarakat. Dari sumber-sumber tersebut mahasiswa mendapatkan hasil tentang gambaran umum wilayah desa Sukagalih, berkaitan dengan luasnya wilayah binaan, maka mahasiswa yang berjumlah 79 orang dibagi menjadi 8 kelompok, setiap satu RT menjadi tanggung jawab 9 - 10 orang mahasiswa. Setelah dilakukan pembagian wilayah RT yang menjadi tanggung jawab mahasiswa, selanjutnya setiap mahasiswa mengidentifikasi dan berkenalan dengan ketua RT dan segenap pengurus lainnya, tokoh agama, tokoh masyarakat, ketua pemuda, serta kader yang ada di RT masing–masing berdasarkan perkenalan dengan kader kesehatan, selanjutnya mahasiswa mengidentifikasi keluarga dengan resiko kesehatan yang akan dijadikan keluarga binaan.
Berdasarkan persetujuan ketua RW masing-masing daerah binaan, maka diadakan pertemuan dengan masyarakat, yaitu dengan ketua RT dan kader kesehatan. Pada pertemuan pertama kali selain melakukan perkenalan, juga dijelaskan tujuan kedatangan mahasiswa serta lamanya

praktek keperawatan komunitas yang disampaikan oleh pihak Akper Manggala Husada.
Pada kesempatan itu dilakukan curah pendapat guna memvalidasi masalah kesehatan yang ditemukan oleh mahasiswa dan mengidentifikasi kemungkinan adanya masalah kesehatan baru yang dirasakan oleh masyarakat. Dari hasil curah pendapat masalah kesehatan yang masih dirasakan oleh masyarakat adalah masalah kesehatan yang diakibatkan oleh lingkungan yang kurang sehat (meliputi ISPA, DIARE, TBC). Selain itu juga teridentifikasi kesehatan yang baru yaitu : masalah nutrisi pada balita, masalah kesehatan remaja.
2. Persiapan Teknis
Kelancaran dalam teknis pelaksanaan praktek keperawatan komunitas memerlukan upaya pendekatan oleh mahasiswa terhadap aparat desa yang berada di desa Sukagalih, ketua pemuda, dan tokoh masyarakat, serta tokoh agama untuk membina dan mempertahankan hubungan saling percaya dan dapat menjadi motor penggerak dalam kegiatan menyelesaikan masalah kesehatan yang ada diwilayah desa Sukagalih

B. Pelaksanaan
1. Pengkajian
a. Pengumpulan Data
Pertemuan pertama yang telah dilakukan pada hari Senin, tanggal 25 Mei 2009 telah menghasilkan kesepakatan untuk melakukan pengumpulan data di desa Sukagalih yang dilakukan mulai hari Selasa tanggal 26 Mei 2009. Pada tahap pengkajian dilakukan beberapa metode antara lain : Whienshield survey yaitu survey yang dilakukan melalui pengamatan sekilas di jalanjalan utama untuk mengobservasi kondisi lingkungan yang mungkin dapat mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat. Dari proses Whienshield Survey tersebut didapatkan data bahwa, Desa Sukagalih sudah mempunyai akses transportasi yang baik, hal ini bisa dilihat dari banyaknya angkutan (angkot) yang melewati jalan utama desa Sukagalih. Sebagian besar warga desa Sukagalih masih mempunyai kebiasaan membuang sampah di lingkungan sekitar rumah, pemukiman penduduk padat. Selain itu, banyak juga warga yang memelihara ternak, kandang ternak berada di dapur atau samping dapur. Sedangkan untuk masalah buang air besar (BAB) sebagian penduduk Desa sukagalih menggunakan WC umum karena tidak mempunyai WC keluarga ataupun septictank dan masih ada penduduk yang BAB dikali karena tidak ada WC Keluarga. Banyak anak-anak yang menggunakan sungai atau selokan sebagai arena

bermain. Fasilitas kesehatan terdekat terdapat di Desa Sukamanah dengan jarak ±2 KM.
Wawancara dilakukan kepada ketua RT, RW, tokoh masyarakat, kader kesehatan untuk mengetahui karakteristik wilayah dan masalah kesehatan yang muncul di Desa Sukagalih. Beberapa kader kesehatan mengatakan bahwa antusiasme warga untuk membawa balita ke posyandu sangat kurang. Sehingga kader dan tokoh masyarakat melakukan pemberian makanan tambahan (PMT) untuk meningkatkan minat warga dating ke Posyandu.
Pengumpulan data juga dilakukan dengan menggunakan tehnik Questioner yang disebarkan pada 1539 kepala keluarga yang terdata dari total jumlah penduduk 6931 jiwa. Quesioner ini dilakukan dengan cara wawancara dan observasi. Setelah data terkumpul, lalu dilakukan tabulasi data yang meliputi pengelompokan data sesuai dengan masing¬masing RT sehingga tersusun menjadi data RW dan desa. Langkah selanjutnya adalah melakukan pengolahan data.
Hasil pengkajian dengan Questioner disajikan dalam bentuk diagram sebagai berikut :

Proporsi jumlah penduduk Desa Sukagalih
berdasarkan jenis kelamin
Berdasarkan diagram 1 dapat dilihat bahwa penduduk Desa Sukagalih
terdiri dari 51% (3514) Perempuan dan 49% (3417) Laki-laki
Proporsi jumlah penduduk Desa Sukagalih
berdasarkan Usia
Bayi Sekolah Remaja Dewasa Lansia
Berdasarkan diagram 2 dapat dilihat bahwa penduduk Desa Sukagalih
terdiri dari 10.62% Bayi, 17.47% anak usia sekolah, 18.0% Remaja,
39.79% Dewasa dan 13.62% Lansia

Proporsi jumlah penduduk Desa Sukagalih
berdasarkan tingkat pendidikan warga
Berdasarkan diagram 3 dapat dilihat bahwa penduduk Desa Sukagalih
terdiri dari 71,49% SD, 13,17% SMP, 6,14% SMA, 0,34% STM, 1,31%
Tidak Sekolah,3,15% Belum Sekolah,2.75%,Paud, 0.90%, D3, 0.71%,
PT, 0.14%
Proporsi jumlah penduduk Desa Sukagalih
berdasarkan kepemilikan Jamkesmas
Berdasarkan diagram di atas diketahui bahwa warga Desa Sukagalih 18%
memiliki Jamkesmas, dan yang tidak memiliki Jamkesmas 82%.

Proporsi jumlah penduduk Desa Sukagalih
Berdasarkan Agama
Berdasarkan diagram 5 di atas 99.82% warga Desa Sukagalih beragama
Islam, dan 0.18% warga beragama Nasrani.
Proporsi jumlah penduduk Desa Sukagalih berdasarkan suku
bangsa
Berdasarkan diagram di atas suku bangsa warga Desa Sukagalih 97.37%
sunda, 1.86% jawa, 018% betawi, 0.6% lain-lain

Proporsi jumlah penduduk Desa Sukagalih berdasarkan penghasilan
warga



Proporsi jumlah penduduk Desa Sukagalih berdasarkan penyakit
yang diderita warga dalam 6 bulan terakhir
Berdasarkan diagram di atas bahwa penyakit yang diderita warga/KK 6
bulan terakhir adalah 29.23% batuk-batuk, 27.58% pilek, 8.83% sesak
nafas, 7.02% diare, 3.37% sakit kulit, 0.96% TBC, 23.01% lain-lain

Proporsi jumlah penduduk Desa Sukagalih berdasarkan anggota
keluarga yang merokok
Berdasarkan diagram di atas bahwa 81 % warga desa Sukagalih merokok
dan 19% tidak merokok.
Proporsi jumlah penduduk Desa Sukagalih berdasarkan jumlah
rokok yang dihabiskan dalam sehari
Berdasarkan diagram di atas bahwa 38% warga mengkonsumsi rokok <1bungkus, 5 1 % mengkonsumsi 1 bungkus rokok, 11% >1 bungkus

Proporsi jumlah penduduk Desa Sukagalih berdasarkan jumlah
warga yang mengetahui TBC
Berdasarkan diagram di atas bahwa 75% warga belum mengetahui TBC,
25% sudah mengetahui tentang TBC
Proporsi jumlah penduduk Desa Sukagalih berdasarkan perlu
ditanganinya penyakit TBC

18% 82% Perlu Tidak tahu

Berdasarkan diagram di atas bahwa 82% warga mengatakan penyakit
TBC perlu ditangani, 18% mengatakan tidak tahu

Proporsi jumlah penduduk Desa Sukagalih berdasarkan pelayanan
kesehatan yang dituju bila sakit
Berdasarkan diagram di atas bahwa 49.41 % warga membawa ke
Puskesmas, 21.02% ke dokter praktek, 26.52% beli obat di warung,
2.28% ke balai pengobatan, dan 0.76% ke dukun
Proporsi jumlah penduduk Desa Sukagalih berdasarkan jenis
dinding rumah
Berdasarkan diagram di atas bahwa dinding rumah 78% tembok, 11%
setengah tembok, 3% kayu, 8% bilik, dan 0.26% triplek

Proporsi jumlah penduduk Desa Sukagalih berdasarkan jenis lantai
rumah
Berdasarkan diagram di atas bahwa lantai rumah 59% semen, 35% ubin,
1% tanah, 5% papan
Proporsi jumlah penduduk Desa Sukagalih berdasarkan sumber air
Berdasarkan diagram di atas bahwa 68.08% warga menggunakan sumber
air dari mata air, 22.73% sumur gali, 9.19% lain-lain

Proporsi jumlah penduduk Desa Sukagalih berdasarkan kebiasaan
BAB warga
Berdasarkan diagram di atas bahwa 18% warga BAB di got, 17% BAB di
WC umum, 65% BAB di WC keluarga
Proporsi jumlah penduduk Desa Sukagalih berdasarkan kebiasaan
membuang sampah
Bak sampah Dikubur Dibakar Dibuang
kekali
Berdasarkan diagram di atas bahwa 14.45% warga membuang sampah di
bak sampah, 7.1% dikubur, 41.29% dibakar, 37.16% di kali

Proporsi jumlah penduduk Desa Sukagalih berdasarkan jarak
sumber air dengan WC
Berdasarkan diagram di atas bahwa jarak sumber air dengan WC adalah
71% berjarak <10 m, 29% berjarak >10m
Proporsi jumlah penduduk Desa Sukagalih berdasarkan pola makan
warga
Berdasarkan diagram di atas bahwa 57% warga makan 3x sehari dan

Proporsi jumlah penduduk Desa Sukagalih berdasarkan lauk-pauk
yang dihidangkan
70.00%
59.82%
60.00% 

50.00% 38.95% 
40.00% 

30.00% 
20.00% 
10.00% 1.23%
0.00% 


selalu ada kadang-kadang Tidak pernah
Berdasarkan diagram di atas bahwa 38.95% warga selalu menghidangkan
lauk-pauk, 59.82% kadang-kadang, 1.23% tidak pernah menghidangkan
lauk-pauk
Proporsi jumlah penduduk Desa Sukagalih berdasarkan sayuran
yang dihidangkan
Berdasarkan diagram di atas bahwa 73% warga selalu menghidangkan
sayuran, 27% kadang-kadang

Proporsi jumlah penduduk Desa Sukagalih berdasarkan susu yang
dihidangkan
Berdasarkan diagram di atas bahwa 8% warga selalu menghidangkan susu, 53% kadang-kadang dan 39% tidak pernah menghidangkan susu
Proporsi jumlah penduduk Desa Sukagalih berdasarkan makanan
pantangan
Berdasarkan diagram di atas bahwa 43% warga mempunyai makanan
pantangan, 57% tidak punya makanan pantangan

Proporsi jumlah penduduk Desa Sukagalih berdasarkan pengolahan
air minum
Berdasarkan diagram di atas bahwa 98.23% warga memasak air minum,
1.11 % kadang-kadang, 0.66% tidak pernah
Proporsi jumlah penduduk Desa Sukagalih berdasarkan kebiasaan
mencuci tangan
51.49% 48.51%
0.00%

Menggunakan Sabun Tidak pakai sabun tidak pernah mencuci
tangan
Berdasarkan diagram di atas bahwa 51.49% warga mencuci tangan dengan sabun, 48.51 % mencuci tangan tidak menggunakan sabun

Proporsi jumlah penduduk Desa Sukagalih berdasarkan kebiasaan
mengolah sayuran
Berdasarkan diagram di atas bahwa 27% warga mengolah sayuran
dengan dicuci dulu baru dipotong, 73% dipotong dulu kemudian dicuci
Proporsi jumlah penduduk Desa Sukagalih berdasarkan usia
kehamilan
Trimester 1 Trimester 2 trimester 3
Berdasarkan diagram di atas bahwa 19.40% ibu hamil trimester I,
50.75% trimester II, 29.85% trimester III

Proporsi jumlah penduduk Desa Sukagalih berdasarkan
pemeriksaan kehamilan
Berdasarkan diagram di atas bahwa 55% tidak pernah, 25% 4 kali atau
lebih, 20% 1-3 kali.
Proporsi jumlah penduduk Desa Sukagalih berdasarkan tempat
pemeriksaan kehamilan
Berdasarkan diagram di atas bahwa 53,23% Bidan, 25,81% lain-lain,
20,97% Puskesmas..

Proporsi jumlah penduduk Desa Sukagalih berdasarkan keluhan

selama kehamilan
Berdasarkan diagram di atas bahwa 40,59% sehat, 20,79% sering pusing,
18,81% pucat dan lemah, 12,87% lain-lain, 6,93% bengkak dikaki .



Berdasarkan diagram di atas bahwa 63% sama saja saat sebelum hamil,
24% 2 kali dari sebelum hamil, 13% kurang dari sebelum hamil.

Proporsi jumlah penduduk Desa Sukagalih berdasarkan keluhan
Ibu menyusui bayinya
Berdasarkan diagram di atas bahwa 93,77% mengatakan Ya, 6,23%
mengatakan tidak.
Proporsi jumlah penduduk Desa Sukagalih berdasarkan keluhan
Lamanya menysui
< 1 Tahun 1-2 Tahun > 2 Tahun
Berdasarkan diagram di atas bahwa 65,89% 1-2 tahun, 21,85% <1 tahun,
12,25% > 2 tahun.

. Proporsi jumlah penduduk Desa Sukagalih berdasarkan keluhan
pemberian makanan pendamping ASI
Berdasarkan diagram di atas bahwa 81% mengatakan Ya, 19 mengatakan
Tidak.
Proporsi jumlah penduduk Desa Sukagalih berdasarkan keluhan
makanan pendamping ASI yang diberikan
Buah Bubur susu Nasi Lain-lain
Berdasarkan diagram di atas bahwa38,76% bubur susu, 28,93% Nasi,
18,82% buah, 13,48% lain-lain .

Proporsi jumlah penduduk Desa Sukagalih berdasarkan keluhan
kebiasaan menyusui
Berdasarkan diagram di atas bahwa59,75% langsung menyusui, 24,21%
cuci tangan, 16,04% membersihkan putting susu.
Proporsi jumlah penduduk Desa Sukagalih berdasarkan keluhan
penolong persalinan
Berdasarkan diagram di atas bahwa 80% dukun terlatih, 20% tenaga
kesehatan.

Proporsi jumlah penduduk Desa Sukagalih berdasarkan keluhan
nafsu makan balita
Ya Tidak
Berdasarkan diagram di atas bahwa 89,22% baik, 10,78% tidak .
Proporsi jumlah penduduk Desa Sukagalih berdasarkan keluhan
makanan pengganti
Biskuit Buah Susu Lain-lain
Berdasarkan diagram di atas bahwa 50,88% biskuit, 20,82% susu,
15,54% lain-lain, 12,76% buah.

Proporsi jumlah penduduk Desa Sukagalih berdasarkan keluhan
kebiasaan balita jajan
Berdasarkan diagram di atas bahwa88,87% mengatakan Ya, 11,13%
mengakatan Tidak.
Proporsi jumlah penduduk Desa Sukagalih berdasarkan keluhan
makanan pantangan pada balita
Berdasarkan diagram di atas bahwa 93% mengatakan Tidak, 7%
mengatakan Ada.

Proporsi jumlah penduduk Desa Sukagalih berdasarkan keluhan
kebiasaan menimbang berat badan pada balita
Berdasarkan diagram di atas bahwa 74% mengatakan Ya, 26%
mengatakan Tidak.
Proporsi jumlah penduduk Desa Sukagalih berdasarkan keluhan
berat badan balita
Berdasarkan diagram di atas bahwa 53.21% selalu naik, 36,61%
stabil/tetap, 10,18% selalu turun.

Proporsi jumlah penduduk Desa Sukagalih berdasarkan keluhan
kegiatan remaja sehari-hari
Menganggur Bekerja Kursus Sekolah
Ketrampilan
Berdasarkan diagram di atas bahwa 52,37% sekolah, 24,63% menganggur, 21.907% bekerja, 1,31% kursus keterampilan.
Proporsi jumlah penduduk Desa Sukagalih berdasarkan keluhan
kegiatan remaja pada waktu luang
Berdasarkan diagram di atas bahwa 48,64% kumpul dengan teman,
26,89% olahraga, 24,47% diam dirumah.

Proporsi jumlah penduduk Desa Sukagalih berdasarkan keluhan
kegiatan organisasi remaja yang di ikuti
Berdasarkan diagram di atas bahwa 83% pengajian, 15% lain-lain, 2%
karang taruna.
Proporsi jumlah penduduk Desa Sukagalih berdasarkan keluhan
sumber informasi tentang narkoba

Berdasarkan diagram di atas bahwa 61,75% Berita, 12,32% teman -
teman, 10,70% penkes, 10,37% tidak tahu, 4,86% lingkungan/ortu

Proporsi jumlah penduduk Desa Sukagalih berdasarkan keluhan
pengetahuan tentang narkoba
Berdasarkan diagram di atas bahwa 54% tahu sedikit-dikit, 25% tahu
banyak, 21 % tidak tahu sama sekali.
Proporsi jumlah penduduk Desa Sukagalih berdasarkan keluhan
pentingnya penyuluhan tentang narkoba

Proporsi jumlah penduduk Desa Sukagalih berdasarkan keluhan
reaksi teman yang mengkonsumsi narkoba
Menegur
Berdasarkan diagram di atas bahwa 58,55% menegur, 15,59% tidak
perduli, 25,49% menjauhi.
Proporsi jumlah penduduk Desa Sukagalih berdasarkan keluhan
cara mengatasi masalah
Berdasarkan diagram di atas bahwa 46,98% memberi tahu orang tua,
26,67% bercerita dengan teman, 25,40% disimpan sendiri, 0,95%
menenangkan diri.

Proporsi jumlah penduduk Desa Sukagalih berdasarkan keluhan
kegiatan lansia
Berdasarkan diagram di atas bahwa 39,95% berkebun, 34,07% pengajian,
15,44% memasak, 10,54% lain-lain.
Proporsi jumlah penduduk Desa Sukagalih berdasarkan keluhan
masalah kesehatan lansia
Berdasarkan diagram di atas bahwa 49% rematik, 24% penglihatan
kabur, 17% darah tinggi, 6% sesak nafas, 2% lumpuh/stroke, 2% lain-
lain, 0% kencing manis..

Proporsi jumlah penduduk Desa Sukagalih berdasarkan keluhan
penanganan masalah kesehatan lansia
Membiarkan Membeli Minum Jamu Pergi ke saja Obat Warung Posyandu
Berdasarkan diagram di atas bahwa 44,41% membeli obat warung, 25%
pergi ke Posyandu, 17,82% membiarkan saja, 12,77% minum jamu.
Proporsi jumlah penduduk Desa Sukagalih berdasarkan keluhan
pemeriksaan TD secara rutin
Berdasarkan diagram di atas bahwa 78% mengatakan Tidak, 22%
mengatakan Ya.

Proporsi jumlah penduduk Desa Sukagalih berdasarkan keluhan
frekuensi pemeriksaan TD
Berdasarkan diagram di atas bahwa 65,24% tidak pernah sama sekali,
15,02% 1 kali sebulan, 12,45% lain-lain, 7,30% 2 kali sebulan,.

2. Analisa Data
No Data Masalah
1 Hasil Wienshield survey:
• Beberapa wilayah di Desa Sukagalih
merupakan pemukiman padat
penduduk
• Sebagian besar warga desa
Sukagalih masih mempunyai kebiasaan membuang sampah di lingkungan sekitar rumah
• Banyak juga warga yang memelihara
ternak, kandang ternak berada di dapur atau samping dapur.
• Masih ada penduduk yang BAB
dikali karena tidak ada WC
Keluarga.
• Sebagian besar rumah warga
mempunyai ventilasi, akan tetapi
tidak pernah dibuka
• Banyak anak-anak yang
menggunakan sungai atau selokan sebagai arena bermain Resiko peningkatan penyakit menular akibat lingkungan kurang sehat (ISPA, Diare, TBC ) di Desa Suka Galih berhubungan dengan kurangnya pengetahuan warga tentang kesehatan lingkungan dan dampak terhadap status kesehatan.


Hasil Sensus
• Jumlah penduduk 6931 jiwa
• Tingkatan pendidikan penduduk
paling banyak SD
• 29% Warga menderita batuk.
• 28% Warga menderita pilek.
• 9 % Warga menderita sesak nafas.
• 1 % Warga menderita TBC.
• 7 % Warga menderita diare.
• 23% Lain – lain.
• 75 %Warga tidak tahu tentang TBC.
• 82 %Warga mengatakan bahwa TBC
perlu segera ditangani.
• 71 % Jarak sumber air dengan
tempat BAB kurang dari 10 meter.
• 27 % Warga BAB di WC umum.
• 34 % Rumah tidak memiliki
ventilasi. 
2 Hasil Wienshield survey:
• Sebagian besar warga Desa
Sukagalih (laki-laki) adalah perokok Hasil Sensus Resiko penyimpangan
perilaku (merokok dan penyimpangan narkoba) pada remaja di Desa


• 12 % Mengetahui Narkoba dari
teman.
• 54 % Tau sedikit tentang narkoba.
• 25 % Tidak tahu sama sekali tentang
narkoba.
• 87 % Mengatakan perlu tentang
penyuluhan narkoba.
• 81 % anggota keluarga merokok.
• 11 % Menghabiskan rokok lebih dari
satu bungkus. Suka Galih
berhubungan dengan
kurangnya pengetahuan remaja tentang bahaya merokok dan narkoba
3 Hasil wawancara :
• Beberapa kader kesehatan
mengatakan bahwa antusiasme warga untuk membawa balita ke posyandu sangat kurang
Hasil Sensus :
• Jumlah balita 752 jiwa.
• Jumlah ibu menyusui 286 jiwa.
• 72 % Penduduk pendidikan SD.
• 16 % Pekerjaan KK buruh.
• 15% KK tidak bekerja.
• 61 % Penghasilan perbulan < Rp Resiko perubahan
Nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh di
Desa Suka Galih
berhubungan dengan
kurangnya informasi
tentang nutrisi

500.000.
• 43% Kebiasaan makan 2x sehari.
• 0.04% Nasi kadang-kadang di hidangkan.
• 15% kadang-kadang lauk pauk di hidangkan.
• 6% Kadang-kadang sayur di hidangkan.
• 10% Susu tidak pernah di hidangkan.
• 43% Ada pantangan.
• 1% Air minum kadang-kadang di masak.
• 73% Sayuran di potong dulu baru di cuci.
• 6% Ibu tidak menyusui bayinya.
• 22% Asi di berikan kurang dari 1 tahun
• 19% Bayi tidak di berikan makanan tambahan selain asi.
• 60% Ibu langsung menyusui.
• 11 % Balita tidak mau makan .


• 7% Pantangan makanan pada balita
ada.
• 26% Balita tidak rutin di timbang.
• 10% Pertumbuhan berat badan balita
selalu turun. 
4 Jumlah lansia 777 jiwa
• 49% keluhan lansia rematik
• 24% keluhan lansia penglihatan
kabur
• 17% darah tinggi
• 2% mengalami lumpuh/stroke
• 6% lansia mengeluh sesak nafas
• 18% membiarkan saja keluhannya
• 44% mengatasi keluhan dengan
membeli obat di warung
• 13% mengatasi keluhan dengan
minum j amu
• 78% lansia tidak rutin memeriksa
tekanan darah
• 65% lansia tidak pernah
memeriksakan tekanan darah Resiko terjadinya
masalah kesehatan
degeneratif pada lansia Desa Suka Galih b/d kurang pengetahuan warga tentang masalah degenerative

3. Diagnosa Keperawatan
a. Resiko peningkatan penyakit menular akibat lingkungan kurang sehat (ISPA, Diare, TBC) di Desa Suka Galih berhubungan dengan kurangnya pengetahuan warga tentang kesehatan lingkungan dan dampak terhadap status kesehatan
b. Resiko penyimpangan perilaku (merokok dan penyimpangan narkoba) pada remaja di Desa Suka Galih berhubungan dengan kurangnya pengetahuan remaja tentang bahaya merokok dan narkoba
c. Resiko perubahan Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh di Desa Suka Galih berhubungan dengan kurangnya informasi tentang nutrisi
d. Resiko terjadinya masalah kesehatan degeneratif pada lansia Desa Suka Galih b/d kurang pengetahuan warga tentang masalah degeneratif.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar