Kamis, 14 Juli 2016

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN GANGGUAN SISTEM RESPIRASI

KONSEP DASAR

A.    Pengertian
Asma adalah penyakit pernafasan obstruktif yang ditandai oleh spasme otot polos bronktirolus. Hal ini menyebabkan obstruksi aliran udara dan penurunan ventilasi arveuolus.
Asma brochial adalah suatu penyakit dengan cirri meningkatnya respon bronkus terhadap berbagai rangsangan dengan manivestasi adanya penyempitan jalan nafas yang luas dan derajatnya dapat berubah – ubah baik secara spontan maupun hasil dari pengobatan.

B.    Etiologi
Ada beberapa hal yang merupakan faktor predisposisi dan presipitasi timbulnya serangan asma bronchial :
1.    Faktor predisposisi
-    Genetic
Dimana yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum diketahui bagaimana cara penurunan yang jelas, penderita dengan penyakit alergi biasanya mempunyai keluarga dekat, juga menderita penyakit alergi, karena adanya bakat alergi ini, penderita sangat mudah terkena penyakit asma bronchial jika terpapar dengan faktor pencetus, selain itu hipersensitivitas saluran pernafasannya juga bisa diturunkan.
2.    Faktor presipitasi
-    Allergen
Dimana allergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :
a.    Inhalan yang masuk melalui saluran pernafasan, ex : debu, bulu binatang, serbuk bunga, spora jamur, bakteri dan polusi.
b.    Ingestan yang masuk melalui mulut, ex : makanan dan obat – obatan
c.    Kontakan yang masuk melalui kontak dengan kulit, ex : perhiasan, logam dan jam tangan

3.    Perubahan cuaca
Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering mempengaruhi asma atmosfir yang mendadak dingin merupakan faktor pemicu terjadinya serangan asma, kadang – kadang serangan berhubungan dengan musim, seperti: Musim hujan, musim kemarau, hal ini berhubungan dengan arah angin dan debu.
4.    Stress
5.    Lingkungan kerja
6.    Olahraga, aktifitas jasmani yang berat
Lari cepat paling mudah menimbulkan serangan asma.

C.    Klasifikasi
1.    Ekstrinsik ( allergic )
Ditandai dengan reaksi alergik yang disebabkan oleh faktor – faktor pencetus yang spesifik seperti debu, bulu binatang, obat – obatan ( antibiotic, aspirin dan spura jamur). 
Asma ekstrinsik sering dihubungkan dengan adanya suatu predisposisi genetic terhadap alergi, maka akan terjadi serangan asma.
2.    Intrinsic ( non allergic )
Ditandai dengan adanya reaksi non alergik yang bereaksi terhadap pencetus yang tidak spesifik atau tidak diketahui, seperti udara dingin atau bisa juga disebabkan oleh adanya infeksi saluran pernafasan dan emosi. 
Serangan asma ini menjadi lebih berat dan sering sejalan dengan berlalunya waktu dan dapat berkembang menjadi brankitis kronik dan enfisema, beberapa pasien akan mengalami asma gabungan.
3.    Asma gabungan
Bentuk asma yang paling umum, asma ini mempunyai karakteristik dari bentuk alergik dan non alergik.




D.    Pathofisiologi
Obstruksi saluran nafas pada asma merupakan kombinasi spasme otot bronkus, sumbat muku, edema dan inflamasi dinding bronkus bertambah berat selama ekspirasi karena saluran nafas menyempit pada fase tersebut. 
Hal ini mengakibatkan udara disertai tempat terjadinya obstruksi terjebak tidak bisa diekspirasi, selanjutnya terjadi peningkatan volume residu, kapasitas residu fungsional ( KRF ) dan pasien akan bernafas pada volume yang mendekati pada kapasitas paru total ( KPT ) keadaan hiperinflasi ini bertujuan agar saluran nafas tetap terbuka dan pertukaran gas berjalan lancar, untuk mempertahankan hiperinflasi ini diperlukan otot – otot bantu nafas.
Gangguan yang berupa obstruksi saluran nafas dapat dinilai secara objektif denganYep1 ( volume ekspirasi paksa detik pertama ) atau APE ( arus puncak ekspirasi ), sedangkan penurunan KVP ( kapasitas vital paksa ) menggambarkan derajat hiperinflasi paru. 
Penyempitan saluran nafas dapat terjadi baik pada saluran nafas yang besar, sedang maupun kecil gejala mengi menandakan adanya penyempitan disaluran nafas besar sedangkan pada saluran nafas kecil gejala batuk dan sesak lebih dominan dibandingkan mengi.
Hipoksia yang berlangsung lama menyebabkan andosis metabolic dan kontriksi pembuluh darah paru yang kemudian menyebabkan skuntina yaitu peredaran darah tanpa melalui unti pertukaran gas yang baik, yang akibatnya memperburuk hiperkapia dengan demikian penyempitan saluran nafas pada asma akan menimbulkan hal – hal sebagai berikut :
a.    Gangguan ventilasi berupa hipoventilasi
b.    Ketidakseimbangan ventilasi perfusi dimana distribusi ventilasi tidak setara dengan sirkulasi darah paru.
c.    Gangguan difusi gas ditingkat arveoli





E.    Parthway

Faktor pencetus  (infesi virus, debu, asap rokok, dll)


Hiperaktivitas Brontus


Spasme otot brontus     Peningkatan produksi      Inflamasi dinding 
        mukus                   brontus


           Mengi     Ketidak efektifan 
        jalan nafas


Ketidak efektifan     Gangguan pola tidur         Nafsu makan 
pola nafas                         menurun


Kurang pengetahuan     Jalan nafas sempit         Perubahan nutrisi 
                                kurang dari kebutuhan 
                                tubuh


Resiko tinggi ketidak     Menurunnya aliran O2
efektifan pola nafas     ke paru
panjang



Penurunan difusi paru     Edema



Kerusakan pertukaran gas





F.    Manifestasi Klinik
1.    Dispneu berat
2.    Retraksi dada
3.    Nafas cuping hidung
4.    Peningkatan jalan usaha bernafas
5.    Wheezing
6.    Pernafasan yang dangkal dan cepat
7.    Selama serangan asma, udara terperangkap karena spasme dan mucus memperlambat ekspirasi. Hal ini menyebabkan waktu menghembuskan udara menjadi lebih lama.

G.    Komplikasi
Berbagai komplikasi yang muncul adalah :
1.    Status asmatikus, adalah setiap serangan asma berat atau yang kemudian menjadi berat dan tidak memberikan respon ( refrakter ) adrenalin dan aminofilin suntikan dapat digolongkan pada status asmatikus, penderita harus dirawat dengan terapi yang intensif.
2.    Atelektosis adalah pengeratan sebagian atau seluruh paru – paru akibat penyumbatan seluruh udara ( bronkus maupun bronkiolus ) atau akibat pernafasan yang sangat dangkal.
3.    Hipoksemia adalah tubuh kekurangan oksigen
4.    Pneumotoraks adalah terdapatnya udara pada rongga pleura yang menyebabkan kolapsnya paru.
5.    Emfisema adalah penyakit yang gejala utamanya adalah penyempitan ( obstruksi ) saluran nafas kalena kantung udara di paru menggelembung secara berlebihan dan mengalami kerusakan yang luas.

H.    Pemeriksaan Penunjang
1.    Pemeriksaan sputum
2.    Pemeriksaan darah
3.    Pemeriksaan radiologi
4.    Scanning paru
I.    Penatalaksanaan
Prinsip umum pengobatan asma bronchial adalah :
1.    Menghilangkan obstruksi jalan nafas segera
2.    Mengenal dan menghindari faktor – faktor yang dapat mencetuskan serangan asma.
3.    Memberikan penerangan kepada penderita atau keluarganya mengenai penyakit asma. Meliputi pengobatan dan perjalanan penyakitnya sehingga penderita mengenal tujuan pengobatan yang diberikan dan bekerjasama dengan dokter atau perawat yang merawat.

J.    Pengobatan
Pengobatan pada asma bonkhial terbagi 2 yaitu :
1.    Pengobatan non farmatologik
a.    Memberikan penyuluhan
b.    Menghindari faktor pencetus
c.    Pemberian cairan
d.    Fisioterapi
e.    Beri O2 bila perlu
2.    Pengobatan farmakologik
a.    Bronkodilator, obat yang meleburkan saluran nafas, terbagi dalam 3 golongan 
-    Simpatomimetik, adrenergic ( adrenalin dan efedrin ) tertutalin 
( bricasma )
-    Santin ( teofilin )
Nama obat : aminofilin ( amicam supp ) aminufilin  ( euphilin retard ) teofilin ( amilex ) penderita dengan penyakit lambung sebaiknya berhati – hati bisa minum obat ini.
b.    Kromalin
Kromalin bukan bronkodilator tetapi merupakan obat pencegah serangan asma, kromalin biasanya diberikan bersama – sama obat anti asma yang lain dan efeknya baru terlihat setelah pemakaian 1 bulan.

c.    Ketolifen
Mempunyai efek pencegahan terhadap asma seperti tromalin biasanya diberikan dosis 2 kali 1 mg/ hari, keuntungan obat ini adalah dapat diberikan secara oral.

K.    Pengkajian
Hal – hal yang perlu dikaji pada pasien asma adalah sebagai berikut :
1.    Riwayat kesehatan masa lalu
-    Kaji riwayat pribadi atau keluarga tentang penyakit paru sebelumnya
-    Kaji riwayat reaksi alergi atau sensitivitas terhadap zat/ faktor lingkungan.
-    Kaji riwayat pekerjaan pasien.
2.    Aktifitas
-    Ketidakmampuan melakukan aktifitas karena sulit bernafas
-    Adanya penurunan kemampuan/ peningkatan kebutuhan bantuan melakukan aktifitas sehari – hari.
-    Tidur dalam posisi duduk tinggi.
3.    Pernafasan
-    Dirpnea pada saat istirahat atau respon terhadap aktifitas atau latihan.
-    Nafas memburuk ketika pasien berbaring terlentang di tempat tidur.
-    Menggunakan alat bantu pernafasan misalnya : meninggikan bahu, melebarkan hidung.
-    Adanya bunyi nafas tinggi.
-    Adanya batuk berulang.
4.    Sirkulasi
-    Adanya peningkatan tekanan
-    Adanya peningkatan frekuensi jantung.
-    Warna kulit atau membrane mukosa normal/ abu – abu/ sianosis
-    Kemerahan atau berkeringat.
5.    Integritas Ego
-    Ansietas             - Ketakutan
-    Peka rangsangan        - Gelisah
6.    Asupan nutrisi
-    Ketidakmampuan untuk makan karena distress pernafasan
-    Penurunan berat badan karena anoreksia.
7.    Hubungan sosial
-    Keterbatasan mobilitas fisik
-    Susah bicara atau bicara terbata – bata.
-    Adanya ketergantungan kepada orang lain.

L.    Diagnosa dan Intervensi Keperawatan.
1.    Tidak efektif bersihan jalan nafas berhubungan dengan bronkospasme
Kriteria hasil : Mempertahankan jalan nafas pasien dengan bunyi bersih 
                       dan jelas.
Intervensi    Rasional
Mandiri
-    Auskutasi bunyi nafas, catat adanya bunyi nafas misalnya mengi


-    Kaji/ pantau frekuensi pernafasan catat rasio inspirasi atau ekspirasi


-    Catat adanya derajat dispnea, ansietas distress pernafasan, penggunaan obat

-    Tempatkan posisi yang nyaman pada pasien, contoh: Meninggikan kepala tempa tidur, duduk pada sandaran tempat tidur
-    Pertahankan polusi lingkungan minimum. Contoh: debu, asap dll.
Kolaborasi
Berikan obat sesuai dengan indikasi bronkodilator.    
-    Beberapa derajat spasme bronkus terjadi dengan obstruksi jalan nafas dan dapat/ tidak dimanivestasikan adanya nafas advertisius
-    Takipnoa biasanya ada beberapa derajat dan dapat ditemukan pada penerimaan/ selama stress/ adanya proses infeksi akut.
-    Disfungsi pernafasan adalah variable yang tergantung pada tahap proses akut yang menimbulkan perawatan dirumah sakit.
-    Peninggian kepala tempat tidur, memudahkan fungsi pernafasan dengan menggunakan gravitasi

-    Pencetus tipe alergi pernafasan dapat mentrigor episode akut.
-    Merelaksasikan otot halus dan menurunkan sposme jalan nafas, mengi dan produksi mukosa

2.    Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia
Intervensi    Rasional
Mandiri :
-    Kaji kebiasaan diet, masukkan makanan saat ini, catat derajat kerusakan makanan.
-    Sering lakukan perawatan oral, tuang secret, berikan wadah khusus untuk sekali pakai
-    Berikan oksigen tambahan selama makan sesuai indikasi.    
-    Pasien distress pernafasan akut kering anoreksia karena dispnea.
-    Rasa tidak enak, bau menurunkan nafsu makan dan dapat menyebabkan mual, muntah dengan peningkatan kesulitan nafas.
-    Menurunkan dispnea dan meninggikan energy untuk makan, meningkatkan masukan

3.    Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan suplai oksigen
( spasme bronkus )
Kriteria hasil : Perbaikan ventilasi dan oksigen jaringan adekuat
Intervensi    Rasional
Mandiri :
-    Kaji atau awasi secara rutin kulit dan memoran mukosa.


-    Palpasi fremitur


-    Awasi tanda – tanda vital dan irama jantung.

Kolaborasi :
-    Berikan oksigen tambahan sesuai dengan indikasi hasil AGDA dan toleransi pasien.    
-    Sianosis mungkin parifer atau sentral keabu – abuan dan sianosis sentral mengidentifikasi beratnya hipoksemia
-    Penurunan getaran vibrasi diduga adanya pengumpulan cairan/ udara.

-    Taki kardia, disritmia dan perubahan TD dapat menunjukkan efek hipoksemio sistemik pada fungsi jantung.
-    Dapat memperbaiki atau mencegah memburuknya hipoksia

4.    Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi, salah 
mengerti
Kriteria hasil : Menyatakan pemahaman kondisi/ proses penyakit dan 
                        tindakan.
Intervensi    Rasional
Mandiri :
-    Jelaskan tentang penyakit individu

-    Diskusikan obat pernafasan, efek samping dan reaksi yang tidak diinginkan.
-    Tunjukan teknik penggunaan 
in haler    
-    Menurunkan ansietas dan dapat menimbulkan perbaikan partisipasi pada rencana pengobatan.
-    Penting bagi pasien memahami perbedaan antara efek samping menggannggu dan merugikan.
-    Pemberian obat yang tepat meningkatkan keefektifan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar