Jumat, 16 Oktober 2015

Asuhan Keperawatan pada Sistem Imun dengan Kasus Dermatitis

Asuhan Keperawatan pada Sistem Imun dengan Kasus Dermatitis



I.     Konsep Dasar Penyakit
I.1.        Definisi
Dermatitis merupakan epidermo-dermitis dengan gejala subyektif pruritus.Obyektif tampak inflamasi eritema, vesikulasi, eksudasi, dan pembentukan sisik. Tanda-tanda polimorfi tersebut tidak selalu timbul pada saat yang sama. Penyakit bertendensi residif dan menjadi kronis.
Dermatitis adalah peradangan kulit (epidermis dan dermis) sebagai respon terhadap pengaruh faktor eksogen dan atau faktor endogen, menimbulkan kelainan klinis berupa efloresensi polimorfik (eritema, edema, papul, vesikel, skuama, likenifikasi) dan gatal.Tenda polimorfik tidak selalu timbul bersamaan, bahkan mungkin hanya beberapa (oligomorfik).Dermatitis cenderung residif dan menjadi kronis.
Eksema adalah istilah generic yang digunakan untuk menunjukkan tipe tertentu dari pola reaksi pada kulit, yang terdiri dari eksudasi, likhenifikasi dan pruritus.Lesi eksematosa akut ditandai oleh eritema, mengeluarkan air, mengeluarkan darah dan membentuk vesikel kecil dalam dermis.Lesi kronis umumnya menebal, kering dan bersisik dengan kulit yang kasar (likhenifikasi) dan perubahan pigmentasi. Banyak tipe eksema terjadi pada usia anak-anak, yang paling sering ditemui adalah dermatitis atopic; tetapi dermatitis seboroik, dermatitis kontak alergika dan dermatitis kontak iritan, eksema numularis dan dishidrosis juga merupakan eksema yang relative sering dijumpai pada masa anak. Pioderma dapat mengalami eksematisasi karena garukan, seperti juga gigitan serangga, papula urtikaria, dermatofitosis dan berbagai dermatosis. Kulit atopic bersifat peka terhadap berbagai faktor yang meningkatkan pruritus, seperti sabun, bahan wol, air dingin dan allergen makanan.
Eksim atau sering disebut eksema, atau dermatitis adalah peradangan hebat yang menyebabkan pembentukan lepuh atau gelembung kecil (vesikel) pada kulit hingga akhirnya pecah dan mengeluarkan cairan.Istilah eskim juga digunakan untuk sekelompok kondisi yang menyebabkan perubahan pola pada kulit dan menimbulkan perubahan spesifik di bagian permukaan.Istilah ini diambil dari Bahasa Yunani yang berarti ‘mendidih atau mengalir keluar’.
I.2.        Etiologi
Penyebab dermatitis kadang-kadang tidak diketahui.Sebagian besar merupakan respons kulit terhadap agen-agen, misalnya zat kimia, protein, bakteri, dan fungus.Respons tersebut dapat berhubungan dengan alergi.Alergi ialah perubahan kemampuan tubuh yang didapat dan spesifik untuk bereaksi.
Reaksi alergi terjadi atas dasar interaksi antara antigen dan antibody. Karena banyaknya agen penyebab, ada anggapan bahwa nama dermatitis digunakan sebagai nama ‘tong sampah’ (catch basket term). Banyak penyakit alergi yang disertai tanda-tanda polimorfi disebut dermatitis.
I.3.        Klasifikasi
1.      Dermatitis Kontak
Dermatitis kontak adalah inflamasi pada kulit yang terjadi karena kulit telah terpapar oleh bahan yang mengiritasi kulit atau menyebabkan reaksi alergi. Dermatitis kontak akan menyebabkan ruam yang besar, gatal dan rasa terbakar dan hal ini akan bertahan sampai berminggu-minggu. Gejala dermatitis kontak akan menghilang bila kulit sudah tidak terpapar oleh bahan yang mengiritasi kulit tersebut.
Dermatitis dibagi menjadi 2 :
a.      Dermatitis Kontak Iritan ( DKI )
Dermatitis kontak iritan dicetuskan dari paparan ke bahan yang toksin atau iritatif ke kulit manusia, dan tidak disebabkan reaksi alergi. DKI terjadi seringkali karena paparan sabun dan deterjen
b.   Dermatitis Kontak Alergi (DKA)
Dermatitis kontak alergi adalah reaksi kekebalan tubuh yang terjadi pada seseorang yang terlalu sensitif terhadap bahan kimia tertentu. Pada DKA, peradangan mungkin belum terjadi sampai 24 ?36 jam jam setelah kontak dengan bahan kimia tersebut. Bentuk alergi berbeda dari satu orang ke orang lain. Dermatitis kontak biasanya hanya terjadi di tempat yang berkontak langsung dengan allergen
2.      Dermatitis Seboroik
Dermatitis Seboroik (Seborrhoeic Dermatitis, Seborrheic Dermatitis) merupakan peradangan permukaan kulit berbentuk lesi squamosa (bercak disertai semacam sisik), bersifat kronis, yang sering terjadi di area kulit berambut dan area kulit yang banyak mengandung kelenjar sebasea ( kelenjar minyak, lemak ), seperti kulit kepala, wajah, tubuh bagian atas dan area pelipatan tubuh (ketiak, selangkangan, pantat).
3.      Dermatitis Atopi
penyakit dermatitis atopi, pada jenis penyakit dermatitis ini, merupakan keadaan dimana terjadi peradangan kulit kronis dan residif, disertai gatal. Penyakit ini biasanya mempunyai riwayat / stigmata atopi ( sekelompok penyakit pada individu yang mempunyai riwayat kepekaan terhadap alergen dalam keluarganya, misalnya asma, bronchial,rintis alergik).
I.4.        Manifestasi Klinis
Dimanapun lokasi timbulnya dermatitis, gejala utama yang dirasakan pasien adalah gatal.Terkadang rasa gatal sudah muncul sebelum ada tanda kemerahan pada kulit. Gejala kemerahan biasanya akan muncul pada wajah, lutut, tangan dan kaki. Namun tidak menutup kemungkinan kemerahan muncul di daerah lain. Daerah yang terkena akan terasa sangat kering, menebal atau keropeng. Pada orang kulit putih daerah ini pada mulanya akan berwarna merah muda lalu berubah menjadi coklat. Sementara itu, pada orang dengan kulit lebih gelap, dermatitis akan memengaruhi pigmen kulit, sehingga daerah dermatitis akan tampak lebih terang atau lebih gelap.
Subjektif pada tanda-tanda radang akut, terutama pruritus (sebagai pengganti dolor).Selain itu juga terdapat kenaikan suhu (kalor), kemerahan (rubor), edema atau pembengkakan dan gangguan fungsi kulit (fungsiolaesa).
I.5.        Patofisiologi
Kelainan kulit timbul akibat kerusakan sel yang disebabkan oleh iritan melalui kerja kimiawi atau fisik.Bahan irisan merusak lapisan tanduk, denaturasi keratin, menyingkirkan lemak lapisan tanduk, dan mengubah daya ikat air kulit. Keadaan ini akan merusak sel epidermis.
Ada 2 jenis bahan iritan yaitu: iritan kuat dan iritan lemah. Iritan kuat akan menimbulkan kelainan kulit pada pajanan pertama pada hampir semua orang, sedang iritan lemah hanya pada mereka yang paling rawan atau mengalami kontak berulang-ulang. Faktor lain yang dapat mempengaruhi yaitu: kelembaban udara, tekanan, gesekan, mempunyai andil pada terjadinya kerusakan tersebut. Berkaitan dengan gejala diatas dapat menimbulkan rasa nyeri yang timbul akibat lesi kulit, erupsi dan gatal.Selain itu, dapat menimbulkan gangguan intergritas kulit dan gangguan citra tubuh yang timbul karena vesikel kecil, kulit kering, pecah-pecah dan kulit bersisik.
I.6.        Pathway
I.7.        Komplikasi
Dapat terjadi komplikasi yaitu infeksi bakteri.Gejalanya berupa bintik-bintik yang mengeluarkan nanah.Pembengkakan kelenjar getah bening sehingga penderita mengalami demam dan lesu.
I.8.        Pemeriksaan
A.  Pemeriksaan Diagnostik.
Pada penderita dermatitis, ada beberapa tes diagnostic yang dilakukan. Untuk mengetahui seseorang apakah menderita penyakit dermatitis akibat alergi dapat kita periksa kadar Ig E dalam darah, maka nilainya lebih besar dari nilai normal (0,1-0,4 ug/ml dalam serum) atau ambang batas tinggi. Lalu pasien tersebut harus melakukan tes alergi untuk mengetahui bahan/zat apa yang menyebabkan penyakit alergi (alergen). Ada beberapa macam tes alergi, yaitu :
1.    Skin Prick Test (Tes tusuk kulit).
Tes ini untuk memeriksa alergi terhadap alergen hirup dan makanan, misalnya debu, tungau debu, serpih kulit binatang, udang, kepiting dan lain-lain.Tes ini dilakukan di kulit lengan bawah sisi dalam, lalu alergen yang diuji ditusukkan pada kulit dengan menggunakan jarum khusus (panjang mata jarum 2 mm), jadi tidak menimbulkan luka, berdarah di kulit. Hasilnya dapat segera diketahui dalam waktu 30 menit Bila positif alergi terhadap alergen tertentu akan timbul bentol merah gatal. Syarat tes ini :
-       Pasien harus dalam keadaan sehat dan bebas obat yang mengandung antihistamin (obat anti alergi) selama 3 – 7 hari, tergantung jenis obatnya.
-       Umur yang di anjurkan 4 – 50 tahun.
2.    Patch Tes (Tes Tempel).
Tes ini untuk mengetahui alergi kontak terhadap bahan kimia, pada penyakit dermatitis atau eksim.Tes ini dilakukan di kulit punggung.Hasil tes ini baru dapat dibaca setelah 48 jam. Bila positif terhadap bahan kimia tertentu, akan timbul bercak kemerahan dan melenting pada kulit.
3.    RAST (Radio Allergo Sorbent Test).
Tes ini untuk mengetahui alergi terhadap alergen hirup dan makanan. Tes ini memerlukan sampel serum darah sebanyak 2 cc. Lalu serum darah tersebut diproses dengan mesin komputerisasi khusus, hasilnya dapat diketahui setelah 4 jam. Kelebihan tes ini : dapat dilakukan pada usia berapapun, tidak dipengaruhi oleh obat-obatan.
4.    Skin Test (Tes kulit).
Tes ini digunakan untuk mengetahui alergi terhadap obat yang disuntikkan. Dilakukan di kulit lengan bawah dengan cara menyuntikkan obat yang akan di tes di lapisan bawah kulit. Hasil tes baru dapat dibaca setelah 15 menit. Bila positif akan timbul bentol, merah, gatal.
5.    Tes Provokasi.
Tes ini digunakan untuk mengetahui alergi terhadap obat yang diminum, makanan, dapat juga untuk alergen hirup, contohnya debu.Tes provokasi untuk alergen hirup dinamakan tes provokasi bronkial.Tes ini digunakan untuk penyakit asma dan pilek alergi.Tes provokasi bronkial dan makanan sudah jarang dipakai, karena tidak nyaman untuk pasien dan berisiko tinggi terjadinya serangan asma dan syok.tes provokasi bronkial dan tes provokasi makanan sudah digantikan oleh Skin Prick Test dan IgE spesifik metode RAST.
B.  Pemeriksaan Penunjang.
1.    Laboratorium
a)    Darah: Hb, leukosit, hitung jenis, trombosit, elektrolit, protein total, albumin, globulin.
b)   Urin: pemeriksaan histopatologi.
2.    Penunjang
Pemeriksaan histopatologi.
I.9.        Penatalaksanaan
Penatalaksanaan medis dan keperawatan dermatitis melalui terapi yaitu :
a.    Terapi sitemik. Pada dermatitis ringan diberi antihistamin atau kombinasi antihistamin, antiserotonin, antigraditinin, arit – SRS – A dan pada kasus berat dipertimbangkan pemberian kortikosteroid.
b.    Terapi topical. Dermatitis akut diberi kompres bila sub akut cukup diberi bedak kocok bila kronik diberi saleb.
c.    Diet. Tinggi kalori dan tinggi protein ( TKTP ) Contoh : daging, susu, ikan, kacang-kacangan, jeruk, pisang, dan lain-lain
Manajemem keperawatan pada pasien Dermatitis seboroik:
a.    Sarankan pada pasien untuk menghindari iritasai dari luar, factor pemicu yang menyebabkan muncul lagi dermatitis seboroik ulangan, dan menyarankan untuk tidak sering menggaruk area yang gatal.
b.    Diskusikan pada pasien untuk menghindari udara ke kulit dan selalu menjaga kebersihan pelipatan pada kulit dan usahakan supaya tetap kering.
c.    Instruksikan untuk menggunakan shampoo dan menghindari kebiasaan yang buruk
d.   Beritahu pasien bahwa dermatitis seboroik adalah masalah yang sangat kronik dan tidak tertutup kemungkinan untuk muncul lagi.
e.    Ajarkan pada pasien menempelkan cara-cara untuk mengghindari dermatitis.


II.     Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
II.1.     Pengkajian
A.  Anamnesa.
-       Identitas pasien.
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, suku, agama, dan sebagainya.
-       Keluhan utama.
Biasanya pasien mengeluh gatal, rambut rontok.
-       Riwayat Penyakit.
1.    Riwayat penyakit sekarang.
Tanyakan sejak kapan pasien merasakan keluhan seperti yang ada pada keluhan utama dan tindakan apa saja yang dilakukan pasien untuk menanggulanginya.
2.    Riwayat penyakit dahulu.
Apakah pasien dulu pernah menderita penyakit seperti ini atau penyakit kulit lainnya.
3.    Riwayat penyakit keluarga.
Apakah ada keluarga yang pernah menderita penyakit seperti ini atau penyakit kulit lainnya.
B.  Pola pengkajian fungsional menurut Gordon.
1.    Pola Persepsi Kesehatan
-       Adanya riwayat infeksi sebelumya.
-       Pengobatan sebelumnya tidak berhasil.
-       Riwayat mengonsumsi obat-obatan tertentu, misalnya vitamin, jamu.
-       Adakah konsultasi rutin ke dokter.
-       Hygiene personal yang kurang.
-       Lingkungan yang kurang sehat, tinggal berdesak-desakan.
2.    Pola Nutrisi Metabolik
-       Pola makan sehari-hari: jumlah makanan, waktu makan, berapa kali sehari makan.
-       Kebiasaan mengonsumsi makanan tertentu: berminyak, pedas.
-       Jenis makanan yang disukai.
-       Nafsu makan menurun.
-       Muntah-muntah.
-       Penurunan berat badan.
-       Turgor kulit buruk, kering, bersisik, pecah-pecah, benjolan.
-       Perubahan warna kulit, terdapat bercak-bercak, gatal-gatal, rasa terbakar atau perih.
3.    Pola Eliminasi
-       Sering berkeringat.
-       tanyakan pola berkemih dan bowel.
4.    Pola Aktivitas dan Latihan
-       Pemenuhan sehari-hari terganggu.
-       Kelemahan umum, malaise.
-       Toleransi terhadap aktivitas rendah.
-       Mudah berkeringat saat melakukan aktivitas ringan
-       Perubahan pola napas saat melakukan aktivitas.
5.    Pola Tidur dan Istirahat
-       Kesulitan tidur pada malam hari karena stres.
-       Mimpi buruk.
6.    Pola Persepsi Kognitif
-       Perubahan dalam konsentrasi dan daya ingat.
-       Pengetahuan akan penyakitnya.
7.    Pola Persepsi dan Konsep Diri
-       Perasaan tidak percaya diri atau minder.
-       Perasaan terisolasi.
8.    Pola Hubungan dengan Sesama
-       Hidup sendiri atau berkeluarga
-       Frekuensi interaksi berkurang
-       Perubahan kapasitas fisik untuk melaksanakan peran
9.    Pola Reproduksi Seksualitas
-       Gangguan pemenuhan kebutuhan biologis dengan pasangan.
-       Penggunaan obat KB mempengaruhi hormon.
10.     Pola Mekanisme Koping dan Toleransi Terhadap Stress
-       Emosi tidak stabil
-       Ansietas, takut akan penyakitnya
-       Disorientasi, gelisah
11.     Pola Sistem Kepercayaan
-       Perubahan dalam diri klien dalam melakukan ibadah
-       Agama yang dianut
C.  Pemeriksaan Fisik.
1.    Inspeksi
a)    Higiene kulit
Penilaian atas kebersihan yang merupakan petunjuk umum atas kesehatan seseorang.
b)   Kelainan yang bisa nampak pada inspeksi, yaitu:
-       Makula: suatu bercak yang nampak berwarna kemerahan, permukaan kulit datar dan ukurannya kurang dari 1 cm, misalnya pada morbili atau campak.
-       Eritema: suatu bercak kemerahan yang ukurannya lebih besar dari makula, misalnya: crysipelas.
-       Papula: suatu lesi kulit yang menonjol lebih tinggi daripada sekitarnya, misalnya gigitan.
-       Vesikula: suatu tonjolan kecil kurang dari 1 cm, berisi cairan yang jernih, misalnya cacar air , herpes simpleks. Jika tonjolannya besar-besar lebih dari 1 cm disebut bula, misalnya luka bakar.
-       Pustula: suatu tonjolan berisi cairan nanah, misalnya impetigo, jerawat, infeksi kuman staphilococcus (bisul).
-       Ulkus: suatu lesi yang terbuka yang diakibatkan pecahnya vesikula dan pustula.
-       Crusta: cairan tubuh yang mengering bisa dari serum, nanah, darah dsb.
-       Eksoriasis: pengelupasan epidermis pada luka lecet atau abrasi.
-       Fisurre: retak / pecahnya jaringan kulit sehingga terbentuk celah retakan. Hal ini diakibatkan penurunan elastisitas jaringan kulit.
-       Cicatrix: pembentukan jaringan ikat pada kulit sesudah penyembuhan luka. Hal ini bisa karena bakat ( mempunyai kecenderungan untuk itu) ada pula yang spesifik, yaitu cicatrix bekas irisan kulit pada seseorang mofinis dan bekas suntikan BCG.
-       Petekie: ada bercak pendarahan yang terbatas dan terletak di epidermis kulit berukuran kurang dari 1 cm.
-       Hematoma: pendarahan di bawah kulit yang umumnya berukuran lebih besar dan berwarna merah, biru, ungu sampai biru.
-       Naevus pigmentosus: andeng- andeng atau tahi lalat, hiperpigmentasi pada suatu daerah kulit dengan batas tegas.
-       Hiperpigmentasi: suatu daerah di kulit yang lebih tua warnanya dari kulit sekitarnya.
-       Vitiligo/hipopigmentasi: daerah kulit yang tidak berpigmen/ kurang pigmen daripada kulit sekitarnya.
-       Tatttoo: hiperpigmentasi buatan dengan masukan zat warna.
-       Hemangioma: suatu bercak kemerahan akibat pelebaran pembuluh- pembuluh darah setempat yang biasanya kongenital.
-       Spider naevi: suatu pelebaran pembuluh-pembuluh darah arteriola di kulit yang khas bentuk dan arah aliran darahnya (keluar) misalnya pada penderita sirosis hepatis.
-       Lichenifikasi: penebalan epidermis dan kekakuan kulit.
-       Striae: suatu garis- garis putih kulit yang bisa ditemui pada kulit perut wanita hamil, orang- orang yang sangat gemuk ( daerah gluteal, lipat bahu, ketiak ini karena regangan kulit yang melebihi ekstisitisitasnya).
-       Mongolian spot: suatu bercak kebiruan yang sering didapat di daerah gluteal sampai lumbal, bayi-bayi dari ras oriental, Indian, Amerika, dan Negro.
-       Uremie frost: bedak ureum, salju ureum di kulit merupakan kristal halus ureum yang terjadi akibat menguapnya keringat pasien uremia sehingga di kulit tertinggal ”bedak” ureum.
-       Anemi: pucat bisa dilihat dari telapak tangan mulosa bibir, konjungtiva, warna dasar kuku karena kurangnya Hb.
-       Cyanosis: tampak kulit warna kebiruan akibat jumlah reduced Hb melebihi kadar 5 % akibat kegagalan transport oksigen atau menumpuknya CO2 di jaringan.
-       Ikterus: warna kuning- kuning kehijauan yang bisa tampak di kulit, telapak tangan, dan sklera mata karena bilirubin yang tinggi pada penyakit-penyakit hati.
2.    Palpasi
Pada palpasi pertama dirasakan kehangatan kulit ( dingin, hangat, deman ) kemudian kelembabannya, pasien dehidrasi terasa kering dan pasien hipertiroidisme berkeringat terlalu banyak.
                                     a)          Tekstur kulit dirasakan halus, lunak, lentur, pada kulit normal. Teraba ksar pada defisiensi vitamin A, hipotitoid, terlalu sering mandi, banyak ketombe, diaper-rash (di selangkangan bayi ) akibat popok bayi.
                                    b)          Turgor dinilai pada kulit perut dengan cubitan ringan. Bila lambat kembali ke keadaan semula menunjukkan turgor turun pada pasien dehidrasi.
                                     c)          Krepitasi teraba ada gelembung-gelembung udara di bawah kulit akibat fraktura tulang-tulang iga atau trauma leher yang menusuk kulit sehingga udara paru-paru bisa berada di bawah kulit dada.
                                    d)          Edema adalah terkumpulnya cairan tubuh di jaringan tubuh lebih daripada jumlah semestinya.
D.  Pemeriksaan Penunjang.
1.    Laboratorium
a.    Darah: Hb, leukosit, hitung jenis, trombosit, elektrolit, protein total, albumin, globulin.
b.    Urin: pemeriksaan histopatologi.
2.    Penunjang
Pemeriksaan histopatologi.
II.2.     Diagnosa
Gangguan integritas kulit berhubungan dengan terpapar alergi.
II.3.     Intervensi
DX      : Gangguan integritas kulit berhubungan dengan terpapar alergi
Tujuan : setelah diberikan tindakan keperawatan diharapkan kondisi kulit klien menunjukkan perbaikan.
Kriteria hasil : klien akan mempertahankan kondisi kulit yang baik,dan turunnyya peradangan.
a.       Ajari klien menghindari atau menurunkan paparan terhadap alergen yang telah diketahui.
Rasionalisasi : menghindari alergen akan menurunkan respon alergi.
b.      Gunakan deterjen ringan dan bilas pakaian untuk memastikan sudah tidak ada sabun yang tertinggal.
Rasionalisasi : bahan yang tertinggal (deterjen) pada pencucian pakaian dapat menyebabkan iritasi
II.4.     Implementasi
Tindakan harus sesuai dengan intervensi yang di ambil.
II.5.     Evaluasi
S : diharapkan klien tidak mengeluh gatal
O :diharapkan kondisi kulit klien membaik, tidak terjadi peradangan
A : diharapkan tujuan terjapai
P : pertahankan kondisi klien


DAFTAR PUSTAKA
Djuanda, Adhi. (1999). Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi Ketiga. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT). (2000). Ilmu Kesehatan Anak Nelson.Vol.3 Edisi 15. Jakarta: EGC.
http://www.id.m.wikipedia.org/wiki/Eksim
Di akses pada 11 November 2013.
http://www.irene-lollipopz.blogspot.com/2010/11/asuhan-keperawatan-medikal-bedah.html
Di akses pada 11 November 2013.
http://www.loyalsains.blogspot.com/2012/04/asuhan-keperawatan-dermatitis.html
Di akses pada 11 November 2013.
http://umarberita.blogspot.com/2013/01/laporan-pendahuluan-dermatitis.html
http://www.yuudi.blogspot.com/2011/05/askep-dermatitis.html
Di akses pada 11 November 2013.

1 komentar:

  1. izin share ya sist,kunjungi juga blog saya ya di www.obatampuherbal.com / www.jualherbaldenature.com

    BalasHapus